Wednesday, February 06, 2008

Buah dari Kesabaran


“Barangsiapa yang Meninggalkan Sesuatu Karena Allah, Niscaya Allah akan Menggantikan dengan Sesuatu yang Lebih Baik Darinya.”


Penulis : Syaikh Ali Hasan Al-Halabi


Guru dari guru kami [1] seorang ulama dan sejarawan besar Syaikh Muhammad Raghib At-Tabbakh rahimahullah, menyebutkan kisah ini di dalam bukunya I’lam an-Nubaala bi Taarikh Halaab Ash-Shuhaaba (7/231).

Syaikh Ibrahim Al-Hilali Al-Halabi – seorang ulama yang shalih dan mulia, pergi ke Universita Al-Azhar untuk menuntut ilmu. Ketika menuntut ilmu, dia menjadi sangat miskin dan biasa bergantung pada sedekah. Suatu ketika, beberapa hari telah berlalu dan dia tidak menemukan sesuatu pun untuk dimakan, yang membuatnya kelapatan


Maka ia keluar dari kamarnya di Al-Azhar untuk meminta sedikit makanan. Dia menemukan sebuah pintu terbuka yang darinya keluar bau makanan sedap. Maka dia pun melewati pintu dan mendapati dirinya berada di sebuah dapur yang kosong. Disana dia menemukan makanan yang mengundang selera, lalu ia mengambil sendok dan memasukkannya ke dalam makanan, tetapi ketika ia mengangkat sendok tersebut ke mulutnya, dia terdiam sejenak karena kemudian dia menyadari bahwa dia tidak mendapatkan izin untuk memakan makanan tersebut. Maka dia pun meninggalkannya kembali ke kamar asrama Al-Azhar, tetap merasa kelaparan.

Tidak sampai satu jam berlalu, salah seorang gurunya, ditemani oleh seorang laki-laki, datang ke kamarnya. “Orang yang baik ini datang kepadaku untuk mencari penuntut ilmu yang shalih yang akan dinikahkan dengan puterinya, dan saya telah memilihmu untuknya. Bangkitlah dan ikutilah bersama kami ke rumahnya dimana kita bisa melangsungkan pernikahan antara kamu dengan puterinya, dan kamu dapat menjadi bagian dari rumahnya.” Maka Syaikh Ibrahim pun berusaha bangkit dari tidurnya, mentaati perintah gurunya dan pergi bersama mereka. Dan kemudian mereka membawanya persis ke rumah yang sama, rumah yang dimasukinya dan memasukkan sendok ke dalam makanannya.

Setelah dia duduk, sang ayah lalu menikahkan dia dengan anak perempuannya dan kemudian makanan pun dibawa keluar. Itu adalah makanan yang sama yang dia masukkan sendok ke dalamnya sebelumnya, makanan yang dia tinggalkan. Namun kini dia makan darinya: ”Saya menahan diri dari memakannya karena saya tidak mendapatkan izin, namun sekarang Allah telah memberikan makanan ini dengan seizin pemilknya.”

Kemudian setelah menyelesaikan studinya, isterinya yang shalihah kebali bersamanya ke Halab. Dan dia melahirkan anak-anak yang shalih baginya.

Inilah buah kesabaran, dan akibat dari ketakwaan, sebagaimana Allah berfirman: “Barang siapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan ke luar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya.” (QS Ath-Thalaq :2-3)

Namun bagi mereka yang tergesa-gesa –mereka yang tidak membedakan antara kebenaran dan kedustaan, mencari kehidupan dunia fana yang sia-sia- mereka tidak akan mendapatkan apa-apa kecuali kesedihan dan penyesalan dalam hatinya, karena mereka tidak akan pernah mendapatkan kehidupan dunia, dan tidak juga mereka berhasil dalam pencapaian agama.

Hal ini karena mereka lupa – atau mungkin mengabaikan – firman Allah: “Bukankah Allah cukup untuk melindungi hamba-hamba-Nya.” Az Zumar 36

Bagi mereka yang bersabar dan istiqamah dan yang memiliki ketakwaan, mereka akan menguasai kehidupan dunianya dan kemuliaan dan kehormatan bersama Tuhannya pada hari pengadilan. Dan Allah berfirman: “Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.” (QS Al-Baqarah : 155). Dan Dia berfirman: “Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.” (QS Az-Zumar : 10)





____________
Catatan kaki:
[1] Penulis merujuk kepada Syaikh Al-Albani, murid dari Syaikh Muhammad Raaghib At-Tabbaakh.
Sumber: www.al-ibaanah.com

No comments:

Post a Comment