Sunday, August 10, 2008

Manhaj Ahlus Sunnah wal Jama'ah dalam Ibadah - 3

Catatan dari Daurah Syariyyah Manhajiyah

Manhaj Ahlus Sunnah wal Jama’ah dalam ibadah
(bagian ketiga)
Oleh: Ustadz Mubarak Bamualim, Lc.
Sumber rekaman kajian: http://www.assunnah.mine.nu


Manhaj Ahlus Sunnah wal Jama’ah dalam beribadah adalah billahi (karena pertolongan Allah)

Berkata Syaikh Utsaimin rahimahullah, “Adapun mereka beribadah semata-mata dengan pertolongan Allah, yaitu mereka memohon pertolongan kepada Allah. Mereka tidak bangga dengan diri sendiri dan mereka tidak pula beranggapan bahwasanya mereka tatkala beribadah kepada Allah Azza wa Jalla terlepas dari pertolongan Allah.

Mereka yakin sepenuhnya bahwa mereka beribadah semata-mata karena pertolongan dari Allah, kalau bukan pertolongan Allah mereka tidak akan mampu beribadah kepada Allah Azza wa Jalla. Mereka benar-benar mewujudkan firman Allah: “Iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’in” – artinya bahwa mereka tatkala beribadah kepada Allah semata meminta pertolongan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Inilah makna beribadah ‘billah’. Mereka menyadari kelemahannya, dan menyadari bahwa mereka tidak mungkin dapat beribadah kepada Allah kecuali dengan pertolongan Allah Azza wa Jalla.

Banyak kaum Muslimin yang mengetahui wajibnya shalat, wajibnya zakat, wajibnya puasa, wajibnya haji dan ibadah-ibadah lainnya, tetapi mereka tidak melakukannya. Mengapa demikian? Karena mereka tidak mendapat pertolongan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Maka Ashlus Sunnah wal Jama’ah benar-benar menyadari bahwa mereka tidak akan mungkin beribadah tanpa pertolongan – taufik – dan digerakkan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Dalam sebuah hadits shahih Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda:

الْمُؤْمِنُ الْقَوِيُّ خَيْرٌ وَأَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنْ الْمُؤْمِنِ الضَّعِيفِ وَفِي كُلٍّ خَيْرٌ

“Seorang Mu’min yang kuit itu adalah lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada seorang Mu’min yang lemah. Namun pada keduanya ada kebaikan.”

Pada keduanya terdapat kebaikan karena keduanya memiliki keimanan. Hanya saja yang satu lebih kuat agamanya, kuat ilmunya, kuat imannya, kuat ibadahnya dan seterusnya, sedangkan yang satu lagi lemah. Oleh karena itu dia lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah.

Kemudian lanjutan dari hadits tadi:

احْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ وَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ

“Bersungguh-sungguhlah kamu dalam melakukan apa- yang bermanfaat bagimu, dan mohonlah pertolongan kepada Allah.”

Jadi tatkala Nabi memerintahkan demikian, karena engkau tidak dapat melaksanakan apa-apa yang bermanfaat bagimu tanpa pertolongan dari Allah Subhahanhu wa Ta’ala. Kemudian lanjuta hadits tersebut:

وَلَا تَعْجَزْ

“Dan jangan kamu lemah”1) Ini pun merupakan pertolongan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.


________________
Catatan kaki:
[1] HR Muslim dari Abu Hurairah.

No comments:

Post a Comment