Monday, February 12, 2007

Stop Pelecehan Terhadap Perempuan!

Menggugat komersialisasi perrempuan

Tidak dapat dipungkiri bahwa kehidupan moderen pada masa sekarang ini, dimana tata nilai yang berlaku dalam masyarakat majemuk dengan berbagai sosiokultur historis yang berbeda, telah jauh bergeser dari tata nilai ideal yang mendasari ajaran islam. Keadaan ini menuntut kaum perempuan untuk ikut aktif dalam berbagai bidang kegiatan publik guna mendukung kehidupan masyarakat yang berkesinambungan.

Namun sayang bahwa dari pergeseran tata nilai ini tidak disikapi dengan cara bijaksana. Gerakan pembaharu yang berusaha membebaskan kaum perempuan dari ketertinggalannya telah bergerak dari satu titik ekstrim – dimana kaum perempuan terkukung dan tidak memiliki kesempatan sama sekali – ketitik ekstrim lainnya – dimana kaum perempuan memiliki kebebasan yang hampir tanpa batas dalam menunjukkan eksistensinya. Apa yang tidak banyak disadari oleh kaum perempuan, baik itu yang berasal dari para aktivitis peregerakan perempuan, ataupun mereka yang menikmati dunia baru bagi kebebasan perempuan, bahwa pada saat ini kaum perempuan justru semakin dijauhkan dari fitrrahnya, lebih menjadi objek, komoditi yang siap dieksploitasi untuk tujuan komersil. Lebih sayang lagi, hal itu pun terjadi di negeri ini yang nota bene masyarakat muslimnya mencapai kurang lebih 80% dari total populasi. Kemana larinya penghargaan terhadap perempuan yang menjadi ajaran Nabi Muhammad sallallahu alaihi wasallam?

Fenomena yang terlihat sekarang ini cenderung pada ekslpolitasi kaum perempuan. Perempuan diperlakukan tidak lebih dari komoditi yang dapat dikomersialisasikan. Lihat saja maraknya kasus pornografi dan pornoaksi yang berlangusng di negeri ini. Ketika kaum religious menentangnya, kalangan yang menganggap diri mereka terpelajar dan berbudaya justru melegalkannya dengan alasan seni. Apa yang terjadi sesungguhnya adalah kemunduran peradaban manusia ke arah peradaban purba dimana kewajiban menutup aurat terhadap lawan jenis tidaklah menjadi sebuah permasalahan. Menyaksikan iklan promosi produk yang bahkan sama sekali tidak berhubungan dengan perempuan, disajikan dengan perempuan menarik dengan pakaian yang mengundang, bukanlah hal yang aneh. Sebut saja contoh kasus untuk iklan mobil atau lemari es dengan merk tertentu, menyerupakan keindahan dan kemulusan produknya dengan seorang wanita cantik yang berpakaian mengundang.

Sungguh sayang bahwa sebagian perempuan secara sadar atau tidak justru menyerahkan diri pada proses ekploitasi besar-besaran ini, entah demi popularitas atau materi. Dan lebih disayangkan lagi ada begitu banyak aktifis pemerhati kaum perempuan hanya berhenti pada gerakan anti kekerasan dalam rumah tangga, trafficking, kesetaraan gender tapi melemah ketika menghadapi komersialisasi perempuan di berbagai media. Mereka berdalih itu ada kebebasan perempuan, kebebasan memilih profesi dan berkarya menurut potensi yang dimilikinya.
Aksi pornografi dan pornoaksi yang semakin marak terjadi, merupakan titik kulminasi pelecehan terhadap perempuan. Dalih seni atau keindahan yang disampaikan dijadikan justifikasi kelompok tertentu untuk mengekalkan usaha tersebut. Bukankah benar bahwa wanitalah yang dijual majalah playboy dalam setiap edisinya untuk memuaskan syahwat laki-laki? Menjadikan wanita sebagai alat untuk mencapai materi dengan mengeksploitasi keindahan tubuhnya bagi kepuasan mata laki-laki? Bukankah perempuan lah yang dijajakan ditempat-tempat prostitusi yang diantara mereka ada yang menjadi korban trafficking?

Adalah benar bahwa dunia ini bergerak dalam hukum bentukan kaum kapiltalis. Kaum kapialis seolah menghipnotis kaum perempuan, mendefinisikan ketertarikan perempuan hanya dapat tercapai jika didukung oleh kosmetik moderen, model pakaian yang sensual (terbuka), parfum yang dapat membius laki-laki, dan seterusnya. Kaum perempuan tidak lagi dapat menentukan mana yang lebih baik untukknya menurut fitrahnya. Apa yang tadinya diharamkan kini menjadi mubah atau bahkan halal, dan sebaliknya. Perempuan menjadi target pasar yang besar sekaligus objek eksploitasi yang sangat menguntungkan.

Dan wanita muslimah pun terperdaya!

Ketika wanita-wanita cantik memperagakan mode busana muslimah di berbagai media, mulailah sebagian muslimah meniru mode jilbab yang sama sekali baru. Jilbab gaul menjadi trend. Alih-alih dari menutup aurat, jilbab dikalangan wanita muda banyak digunakan untuk membalut aurat, yang justru mengundang mata ingin tahu apa yang ada dibaliknya. Sekali lagi, bahkan wanita muslimah pun terperdaya mengikuti arus, sehingga pemikirannya turut dibentuk oleh pasar. Innalillahi wa innailaihi roijiuun.

Sungguh adalah kewajiban wanita itu sendiri untuk mulai memperbaiki citra dirinya. Menunjukkan bahwa wanita bukan hanya sebentuk fisik yang bisa dipoles untuk “dijual” (dieksploitasi), bukan sebentuk barang yang bisa dikomerilkan. Bahwa sesungguhnya wanita adalah mahluk sempurna, sebagaimana halnya laki-laki, yang mempunyai pikiran dan dapat menentukan pilihannya sendiri tanpa dipengaruhi oleh pemikiran kapitalis yang cenderung menarik keuntungan dari perempuan. Bahwa kekuatan berpikir, keindahan akhlak dan kelembutan tutur kata merupakan daya tarik yang tidak akan luntur ditelan usia sebagaimana halnya keindahan fisik. Menyadari bahwa daya tarik seorang wanita tidak melulu dengan memperindah penampilan fisik, dengan perhiasan-perhiasan yang mempercantik diri, karena sesungguhnya rasulullah saw bersabda, “sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita sholehah.”

No comments:

Post a Comment