Wednesday, June 29, 2005

Wanita, jadilah diri sejatimu


Banyak yang berpendapat bahwa dunia ini milik kaum pria. Mungkin itu benar. Tidak saja karena ego para pria, tapi juga secara sadar atau tidak sadar, sengaja atau tidak sengaja, wanita pun menunjukkan persetujuannya dengan sikapnya.Lihat saja iklan parfum atau kosmetik wanita, ujung-ujungnya pasti untuk menarik perhatian pria. Lihat saja bagaimana wanita berpakaian ssetengah telanjang berkeliaran di sepanjang jalan, dengan senyum kemenangan langkah terayun merasakan pasangan mata kaum pria melekat padanya penuh kagum. Atau dengar saja komentar beberapa wanita yang merasa tidak percaya diri jika tidak menggunakan parfum, atau lipstick, atau make up. Sungguhkah begitu rendah dan kebendaan rasa percaya diri seorang wanita?

Ah, nasibmu wanita…
Kau dipuja… disanjung… dicampakkan…Mestinya kau dirawat sebagai bunga, bukannya menjelma menjadi kupu-kupu malam yang menyedihkan, pemuas kebutuhan para hidung belang. Dipajang bak boneka Barbie untuk menarik perhatian pelanggan sungguh membuat miris kaummu wanita. Betapa kelemahlembutanmu telah dimanipulasi untuk kepentingan kaum pria. Bahkan juga kaummu sendiri, yang tidak tau menghargai wanita seperti dirinya. Lihat saja kasus trafficking atau perdagangan perempuan yang marak belakangan ini. Sungguh tragis bahwa sebagian mereka yang bekerja sebagai PSK hanyalah korban dari himpitan kehidupan, dipaksa dan atau terpaksa melakukan sesuatu diluar kehendak hatinya. Wanita, yang dianggap begitu lemah, dengan mudah terperdaya, dijadikan korban. Korban perkosaan, korban pelecehan seksual di tempat kerja dan di tempat umum lainnya, korban kekerasan dalam rumah tangga!


Ah, wanita…
Perjuanganmu memperoleh jati dirimu untuk sejajar dengan kaum pria menjadikanmu seorang feminis sejati, dan menenpatkanmu dirimu sebagai lawan kaum pria. Ketidakpercayaan, dan ketidakinginan bergantung kepada pria membuatmu begitu mandiri, mengabaikan keistimeewaan fitrah yang ada padamu sebagai wanita. Kau ingin meraih segalanya yang bisa diraih kaum pria. Tidak mengakui adanya perbedaan, karena menurutmu perbedaan yang ada adalah hasil dari didikan lingkungan dengan budaya yang cenderung memihak kaum pria. Kau mendobrak segala tatanan, inginkan segenap kebebasan. Kasus perceraian meningkat. Menjadi begitu mandiri membuat wanita tidak lagi merasa membutuhkan pria, tidak lagi menghargainya sebagai mitra, “Tanpa pria pun gue bisa tetap hidup, bisa cari uang bahkan lebih banyak, bisa membeli semua yang gue inginkan, bisa berganti pasangan sekehendak hati sebagaimana kaum pria!” Tidak sadarkah.. bahwa kehidupan bebas justru lebih merugikan dirimu? Para pria, mereka tidak punya resiko apapun. Wanita lah yang punya resiko hamil, menjadi orang tua tunggal, bahkan yang lebih mengerikan, resiko kanker rahim! Wanitalah yang paling sering dituding tidak bermoral untuk kasus seperti itu.

Ah, wanita…
Haruskah perjuanganmu mencari jati diri mencapai emansipasi, semakin menjauhkan dirimu dari keistimeweaan fitrah, tidak lagi mengakui kodrat sejak awal penciptaanmu sebagai wanita? Bahkan membahayakna dirimu sendiri?

Duhai wanita, akuilah…
Secara biologis dan fisiologis penciptaanmu berbeda dengan para pria. Perbedaan yang membawa konsekuaensi yang berbeda pula. Akuilah, bahwa secara klinis pun terbukti bahwa karena perbedaan biologis dan fisiologis itu serta pembentukan hormon dalam tubuh wanita seringkali mempengaruhi prilaku wanita meski hanya untuk kurun waktu yang sebentar saja. Tetapi itu jelas berbeda! Tidak ada suatu operasi oleh ahli yang paling jenius sekalipun yang bisa mengalihkan fungsi reproduksi wanita beserta seluruh kekhasan dan keistimewaannya kepada pria, atau sebaliknya.

Duhai wanita, dan kalian wahai pria… pahamilah…
“Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran.” (QS 54 : 49)
Allah lah Yang Menciptakan, Maha Tahu dan Mengenal akan segala yang diciptakan-Nya, dan dengannya menggariskan hak dan keewajiban pria dan wanita, tugas dan tanggungjawabnya masing-masing.
“Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan, Masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya.” (QS 21 : 33)“
Dan Dia (pula) yang menjadikan malam dan siang silih berganti bagi orang yang ingin mengambil pelajaran atau orang yang ingin bersyukur.” (QS 25 : 62)

Ya, mengapa tidak mengambil pelajaran dari ciptaan-Nya yang lain? Wanita bukanlah mahluk kelas dua, seperti juga fungsi malam yang tidak bisa digantikan oleh siang, atau seperti peran bulan tidak bisa digantikan oleh matahari. Kesemuanya adalah pasangan yang saling melengkapi. Siang tidak lebih utama dari malam, atau sebaliknya.

Bayangkanlah jika tubuh kita yang indah ini mempunyai ukuran yang sama, telinga sebesar kepala, atau tangan sepanjang kaki, batok kepala sama dengan tempurung lutut, masihkah akan kita jumpai keindahan itu?Jangan pernah mengatakan bahwa wanita adalah mahluk kelas dua, karena keduanya adalah sama di mata Allah, yang membedakannya hanyalah derajat ketakwaannya.

Seorang wanita bisa menjadi gudang ilmu seperti Aisyah r.a.
Seorang wanita bisa menjadi utama dalam ketakwaan seperti Asiah isteri fir’aun.
Seorang wanita berhak menolak pinangan orang yang tdak disukainya meski ayahnya menyetujuinya, seperti pada jaman rasulullah.
Seorang wanita berhak menceraikan suaminya jika dia tidak menyukainya sperti kasus barirah yang menolak saran rasulullah saw untuk kembali kepada suaminya.
Seorang wanita berhak tetap menggunakan namanya semasa gadis ketika menikah.
Seorang wanita memiliki hak penuh atas harta pribadinya setelah menikah.
Mengapa masih ada yang menanggap wanita sebagai mahluk kelas dua, baik dengan opini atau prilaku yang ditujukan kepada wanita?
Padahal islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW telah begitu tinggi mengangkat derajat wanita dari kehinaan. Wanita bukanlah objek, harta yang bisa diwariskan, yang bisa dipertaruhkan di meja judi, bukan pula sebagai objek pemuas sahwat seperti pada jaman jahiliyah. Anak-anak perempuan berhak untuk hidup seperti anak laki-laki. “Dan apabla bayi-bayi perempuan dikubur hidup-hidup, ditanya, karena dosa apakah dia dibunuh?” (QS 81: 8-9)

Kekerasan dalam rumah tangga yang kini menjadi perhatian pemerhati masalah perempuan yang akhirnya diterbitkan dalam bentuk undang-undang sebenarnya tidak perlu terjadi jika masing-masing pihak baik suami maupun isteri menyadari hak dan kewajibannya masing-masing. Menyadarai makna sebuah keluarga sebagaimana termaktub dalam surat Ar Ruum.
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.” (QS 30 : 21)

Tidak ada tempat untuk kesewenangan, bahkan tidak juga dalam rumah tangga!

Kembali kepadamu kaumku wanita, Ada banyak hal yang menyebabkan kita menjadi terbelakang, lemah dan tergantung sepenuhnya pada pria. Pemikiran bahwa kedudukan wanita mutlak berada dibawah kaum pria, sementara sebagian yang lain begitu bebas dan mandiri, merasa diri sejajar dengan kaum pria sehingga bias melakukan “apa saja” yang bi dilakukan oleh kaum pria.

Hargailah dirimu wanita.
Kelembutanmu bukanlah kelemahan. Naluri keibuan yang ada pada dirimu adalah sebuah fitrah yang mulia. Itu bukan sesuatu yang diwariskan budaya, bukan sesuatu yang bisa dipelajari. Naluri itulah yang menyebabkan kebahagiaan terbesar seorang wanita adalah ketika dia bisa melahirkan dan melihat anaknya tumbuh menjadi anak yang sholeh dan berakhlak mulia.

Seorang lelaki datang kepada rasulullah salallahu alaihi wassalam dan bertanya, “ Ya rasulullah, siapakah yang paling utama yang berhak mendapatkan perhatianku?” Raulullah menjawab, “Ibumu.” Lalu orang itu bertanya lagi, “siapa lagi ya rasulullah?”. “Ibumu.” Orang itu bertanya lagi. “siapa lagi?” “Ibumu.” Orang itu bertanya lagi. “Siapa lagi?” Barulah rasulullah menjawab “Ayahmu.” (HR. Bukhari).

Betapa mulia kedudukan wanita sebagai seorang ibu, seperti juga yang digambarkan dalam sebuah hadis masyur, “Surga ada dibawah telapak kaki ibu.” Meski hadis ini dhaif namun isinya terdapat dalam hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan al-Nasai; seorang pria datang kepada Rasulullah SAW dan berkata, “Ya rasululllah saya ingin ikut berjihad tetapi saya meminta nasihat anda.” Rasulullah berkata, “Apakah ibumu masih hidup?” Dia menjawab, “Ya.” Rasulullah berkata, “Jika demikian tinggallah bersamanya karena surga berada di bawah kakinya.” Hadis ini disahihkan oleh al Hakim.

Untukmu kaum wanita, juga untuk diriku, carilah dan jadilah diri sejatimu

1 comment: