Pengalaman jalan-jalan ke sebuah Toko Buku ternama beberapa waktu yang lalu, pemadangan di tengah ruang display menarik perhatian. Sederet novel-novel ‘Islami’ dipajang dengan cara yang agak mencolok, dengan gambar yang nyaris bertema serupa, Wanita Bercadar!
Sudah menjadi budaya kita, begitu ada yang sedang naik daun, orang lain ramai-ramai mengekor. Entah itu mode pakaian, gaya hidup, gaya berbahasa, dan lain-lain. Kebiasaan imitasi (meniru) yang lazimnya milik anak-anak di usia dini ketika mereka baru belajar, juga dimiliki oleh remaja dan kaum dewasa, bahkan cenderung jauh lebih besar yang terkadang mengabaikan sisi rasional di dalamnya (alias cocok gak cocok yang penting gak ketinggalan jaman)
Seolah ingin menikmati kesuksesan yang didulang oleh salah satu novel bernuansa Islam yang meledak di pasaran, cerita roman serupa tumbuh subur di tanah air. Tentu saja dengan judul menarik yang disandingkan dengan kata-kata tasbih, sajadah, mihrab, dan sejenisnya, untuk memberikan sentuhan religious.
Sebagian orang, dan sebagian besarnya lagi perempuan, dengan dalih ingin mengambil manfaat dari sebuah kisah fiktif yang lebih dari sekedar roman picisan biasa, rela mengorek saku untuk mengkoleksi novel-novel sejenis. Ya, sebagian besar yang menikmati kisah yang bernuansa Islami akan mengatakan bahwa mereka membacanya karena muatan religious yang menjadikan kisah fiktif itu lain daripada yang lain. Meskipun sebenarnya alur cerita tidak jauh beda dengan yang lain, sama-sama kisah fiktif yang menyajikan hayalan indah cinta sejati sepasang anak manusia. Membawa orang jadi berangan-angan, andai saja… Bahkan ceritanya bisa hafal diluar kepala.
Sangat baik, usaha menarik pelajaran dari sebuah kisah. Sayangnya, kita masih lebih menyukai dan memilih untuk menghabiskan waktu membaca dan menarik pelajaran dari tokoh-tokoh hayalan yang tidak pernah ada. Padahal banyak kisah nyata spektakuler yang dimiliki Islam yang lebih patut menjadi bahan pelajaran bagi orang yang sungguh-sungguh ingin menarik manfaat dari bacaannya. Kisah-kisah shahih yang keseluruhannya adalah mencakup ajaran dan suri tauladan dalam Islam, dan bukan sekedar imajinasi yang dipoles dengan ayat disana sini.
Tulisan ini hanya untuk mengajak anda, yang mempunyai kegemaran membaca, marilah kita mulai membaca kisah yang benar-benar memberikan pelajaran yang jauh lebih berharga, seperti kisah perjalanan Rasul yang Agung Muhammad shallallahu alaihi wasallam. Dari awal hingga akhir menyajikan kisah yang sarat akan suri tauladan yang berharga. Bagaimana perjuangan, penderitaan dan keteguhan Beliau dalam berdakwah, kisah-kisah menakjubkan bukti cinta para sahabat kepada beliau, kisah-kisah heroik hingga detik-detik kematian yang benar-benar menyentuh. Kisah yang dengan sendirinya akan menggugah kita, yang mengaku pengikut Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, untuk lebih mencitai beliau, lebih memuliakannya. Atau menyimak kisah cinta beliau dengan isterinya Aisyah radhiallahu anha, kisah yang benar-benar menunjukkan sikap seorang laki-laki, suami teladan yang penuh cinta terhadap isterinya, tanpa memerlukan bumbu-bumbu pemanis untuk menjadikannya lebih menarik. Dan masih banyak kisah-kisah menakjubkan lainnya dari perjalanan hidup para Sahabat ataupun ulama kita.
Pertanyaannya, maukah kita beralih dari sesuatu yang biasa-biasa saja kepada sesuatu yang tidak biasa, yang lebih bermutu, dan lebih bernilai bagi hati, lebih berkelas yang menunjukkan pembaca berselera tinggi untuk lebih mendekatkan diri kepada gambaran para penghuni surga. Bukankah Rasulullah shallallahu alaihi wasallam berkata bahwa seseorang itu bersama yang dia cintai? Rasanya tidak perlu mempertanyakan, siapa yang lebih kita cintai. Cukuplah masing-masing dari kita mengintrospeksi diri melihat siapa tokoh favorit yang menjadi panutan kita, yang lebih sering kita baca kisahnya, yang tertulis di buku-buku kita atau bahkan kata-katanya dihafalkan. Wallahu a’lam.
Sudah menjadi budaya kita, begitu ada yang sedang naik daun, orang lain ramai-ramai mengekor. Entah itu mode pakaian, gaya hidup, gaya berbahasa, dan lain-lain. Kebiasaan imitasi (meniru) yang lazimnya milik anak-anak di usia dini ketika mereka baru belajar, juga dimiliki oleh remaja dan kaum dewasa, bahkan cenderung jauh lebih besar yang terkadang mengabaikan sisi rasional di dalamnya (alias cocok gak cocok yang penting gak ketinggalan jaman)
Seolah ingin menikmati kesuksesan yang didulang oleh salah satu novel bernuansa Islam yang meledak di pasaran, cerita roman serupa tumbuh subur di tanah air. Tentu saja dengan judul menarik yang disandingkan dengan kata-kata tasbih, sajadah, mihrab, dan sejenisnya, untuk memberikan sentuhan religious.
Sebagian orang, dan sebagian besarnya lagi perempuan, dengan dalih ingin mengambil manfaat dari sebuah kisah fiktif yang lebih dari sekedar roman picisan biasa, rela mengorek saku untuk mengkoleksi novel-novel sejenis. Ya, sebagian besar yang menikmati kisah yang bernuansa Islami akan mengatakan bahwa mereka membacanya karena muatan religious yang menjadikan kisah fiktif itu lain daripada yang lain. Meskipun sebenarnya alur cerita tidak jauh beda dengan yang lain, sama-sama kisah fiktif yang menyajikan hayalan indah cinta sejati sepasang anak manusia. Membawa orang jadi berangan-angan, andai saja… Bahkan ceritanya bisa hafal diluar kepala.
Sangat baik, usaha menarik pelajaran dari sebuah kisah. Sayangnya, kita masih lebih menyukai dan memilih untuk menghabiskan waktu membaca dan menarik pelajaran dari tokoh-tokoh hayalan yang tidak pernah ada. Padahal banyak kisah nyata spektakuler yang dimiliki Islam yang lebih patut menjadi bahan pelajaran bagi orang yang sungguh-sungguh ingin menarik manfaat dari bacaannya. Kisah-kisah shahih yang keseluruhannya adalah mencakup ajaran dan suri tauladan dalam Islam, dan bukan sekedar imajinasi yang dipoles dengan ayat disana sini.
Tulisan ini hanya untuk mengajak anda, yang mempunyai kegemaran membaca, marilah kita mulai membaca kisah yang benar-benar memberikan pelajaran yang jauh lebih berharga, seperti kisah perjalanan Rasul yang Agung Muhammad shallallahu alaihi wasallam. Dari awal hingga akhir menyajikan kisah yang sarat akan suri tauladan yang berharga. Bagaimana perjuangan, penderitaan dan keteguhan Beliau dalam berdakwah, kisah-kisah menakjubkan bukti cinta para sahabat kepada beliau, kisah-kisah heroik hingga detik-detik kematian yang benar-benar menyentuh. Kisah yang dengan sendirinya akan menggugah kita, yang mengaku pengikut Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, untuk lebih mencitai beliau, lebih memuliakannya. Atau menyimak kisah cinta beliau dengan isterinya Aisyah radhiallahu anha, kisah yang benar-benar menunjukkan sikap seorang laki-laki, suami teladan yang penuh cinta terhadap isterinya, tanpa memerlukan bumbu-bumbu pemanis untuk menjadikannya lebih menarik. Dan masih banyak kisah-kisah menakjubkan lainnya dari perjalanan hidup para Sahabat ataupun ulama kita.
Pertanyaannya, maukah kita beralih dari sesuatu yang biasa-biasa saja kepada sesuatu yang tidak biasa, yang lebih bermutu, dan lebih bernilai bagi hati, lebih berkelas yang menunjukkan pembaca berselera tinggi untuk lebih mendekatkan diri kepada gambaran para penghuni surga. Bukankah Rasulullah shallallahu alaihi wasallam berkata bahwa seseorang itu bersama yang dia cintai? Rasanya tidak perlu mempertanyakan, siapa yang lebih kita cintai. Cukuplah masing-masing dari kita mengintrospeksi diri melihat siapa tokoh favorit yang menjadi panutan kita, yang lebih sering kita baca kisahnya, yang tertulis di buku-buku kita atau bahkan kata-katanya dihafalkan. Wallahu a’lam.
Technorati Tags: opini
No comments:
Post a Comment