Wednesday, October 08, 2008

Status Sosial Wanita Barat Saat Ini; Seperti inikah yang ingin kita raih?

Pengantar

Wanita, kebebasan, dan gaya hidup. Betapa tidak, mengalir derasnya arus informasi melalui berbagai media, menyebabkan budaya luar (baca: Barat) dengan mudah menginvasi ke dalam rumah kita, bahkan menyerang hingga ke sendi-sendi agama. Seolah mabuk akan pengaruh udara kebebasan palsu yang dihembuskan pemikiran kaum kafir, kita telah menjadi seolah daun kering yang dengan mudah ditiup kesana kemari. Model pakaian tidak senonoh menjadi trend, pergaulan bebas menjadi sesuatu yang sangat biasa, belum lagi gaya hidup malam, dari satu jamuan ke jamuan lain, mencicipi cocktail bercampur alkohol atau bahkan minuman keras merupakan bumbu pergaulan yang menunjukkan ‘kelas’ seseorang atau sekedar toleransi dalam pergaulan lintas batas.

Duhai kaumku, apa yang kita raih? Kebebasan mana yang memberikan kebahagiaan hakiki, manakala kebebasan itu justru mengikis kodrat kewanitaan sedikit demi sedikit dan menjadikan kita seolah wanita perkasa layaknya laki-laki. Kesetaraan mana yang memberikan kepuasan manakala korbanan yang diberikan jauh lebih besar dengan meninggalkan keluarga sendiri dalam pengawasan orang lain?

Sebagian wanita mengira dirinya memiliki rasa percaya diri yang tinggi, karena kemampuannya, karena kelebihannya, karena kecantikannya. Padahal yang terjadi justru sebaliknya. Patutkah disebut percaya diri ketika identitas sebagai seorang Muslimah nyaris pupus karena latah dan bersegera mengikuti budaya Barat dalam berpakaian dan pergaulan? Itukah rasa percaya diri, ketika kita membiarkan diri kita – sadar atau tidak sadar – dengan mudah terseret arus pemikiran dan gaya hidup Barat dengan dalih bahwa mereka lebih menghargai manusia, lebih menghargai kemampuan seseorang? Tidak! Itu bukan percaya diri! Keengganan mengenakan hijab (jilbab) - meskipun paham akan kewajiban tersebut - karena dianggap akan menghambat karier, sungguh bukan karena percaya diri! Keengganan memakai jilbab karena merasa kecantikan dan keindahan tubuh menjadi tertutupi dari pandangan orang lain itu bukan dari percaya diri! Sebaliknya semua hal itu justru menunjukkan kelemahan diri, bahwa kita hidup dalam tekanan orang lain, tidak sanggup mempertahankan karakteristik sebagai seorang Muslimah yang berkewajiban menutup auratnya. Menuruti apa yang baik menurut sebagian besar orang meskipun salah dalam pandangan syariat yang diyakini kebenarannya jelas menunjukkan bahwa seseorang tersebut hidup demi menyenangkan manusia lainnya, bukannya menyenangkan Dia yang menganugerahkan kehidupan dan menetapkan batasan-batasannya.

Saudariku, jauh dari ajaran agama membuat kita seperti buih yang senantiasa terombang-ambing. Tujuan penciptaan kita untuk beribadah kepada Allah menjadi semakin samar, karena kita cenderung untuk bersegera kepada pemikiran dan gaya hidup Barat yang dianggap lebih beradab dan modernis ketimbang bersegera kembali kepada ajaran agama. Islam seolah hanya dianggap sebatas ibadah ritual, sedangkan Barat dipandang lebih maju dan menjanjikan solusi untuk sebuah kehidupan yang lebih menjamin kebahagiaan.

Tahukah kalian, Saudariku, seperti apa dunia Barat memperlakukan wanita? Kebahagiaan dan keberhasilan apa yang mereka raih dengan pemikiran kebebasan dan kesetaraan itu? Artikel terjemahan di bawah ini merupakan salah satu bab dari buku “Islam is The Choice of Thinking Women” (Islam Pilihan bagi Wanita-Wanita yang Menggunakan Pikiran), sengaja kami tampilkan untuk anda, yang didalamnya memuat data-data statistik mengenai keadaan status sosial wanita di dunia Barat, untuk menjadi pelajaran bagi kita semua. Sebuah kemunduran luar biasa terhadap harkat dan martabat wanita sebagai akibat dari kebebasan, emansipasi dan persamaan hak.

Saudariku, kemajuan dunia Barat tidak menjadi ukuran mulianya kedudukan wanita! Kebebasan dan kesetaraan yang didengung-dengungkan itu bukan solusi terhadap terbelakangnya nasib wanita namun justru menambah panjang deretan penderitaan kaum wanita. Bukan pemikiran Barat yang kita butuhkan untuk mengatasi persoalan yang dihadapi kaum wanita. Namun kembali kepada ajaran agama, Al-Qur’an dan Sunnah sebagaimana yang dipahami para salaf adalah jalan keluar yang akan mengantarkan kita kepada kebahagiaan yang hakiki, keselamatan di dunia dan di akhirat kelak, Wallahu muwaffiq.


Status Sosial Wanita Barat Saat Ini

Oleh: Ismail Adam Patel

Saat ini wanita dianggap bertanggung jawab terhadap urusannya sendiri, apakah ini berarti mereka telah mendapatkan puncak kesetaraan gender? Apakah ‘wanita baru’ hari ini dapat mengatasi tekanan dan penindasan dari ‘masa lalu yang buruk’? Apakah pembebasan perempuan merupakan signal kebangkitan dari kebaikan akhlak dunia yang baru? Apakah kebebasan itu mencapai emansipasi yang sesungguhnya dan membebaskan wanita dari ketidakadilan? Pernahkah kita melihat penindasan terakhir, pembunuhan anak-anak perempuan, pelacuran, perkosaan, perceraian dan keluarga dengan orang tua tunggal (biasanya adalah ibu sebagai orang tua tunggal)? Jawabannya, menurut kaum feminist semestinya adalah ya, namun sangat menyedihkan jawabannya adalah pengingkaran, tidak!

Kebiasaan lama yang dilakukan oleh masyarakat yang dianggap ‘tidak beradab’ dari Roma, Persia, Arab dan Yahudi kuno masih hidup dan berjalan namun dengan penampilan yang baru. Dalam dunia modern yang maju ini, bukannya membunuh bayi-bayi perempuan yang tidak berdosa pada saat lahir, kita mengaborsi mereka di dalam rahim dan membuang bagian-bagian tubuhnya layaknya kotoran. Aborsi adalah pembunuhan, dan tidak pernah didengar ‘hak menentukan pilihan’ wanita yang diterima sebagai argumen dalam kasus pembunuhan. Dokter dan para pelaku aborsi menemukan cara yang lebih mengerikan untuk membunuh bayi-bayi yang tidak diinginkan. Yang terakhir yang dikenal dengan nama yang fantastis ‘partial-birth abortion’ yang mencakup pemindahan sebagian janin dari rahim; kepalanya dibiarkan berada di dalam rahim ibunya, dan yang melakukan aborsi (apakah mereka pantas bergelar Dokter?) menusuk bagian belakang tengkorak dengan peralatan yang tajam, memasukkan catheter, dan mengeluarkan otaknya. Kemudian sisa-sisa bagian tubuh anak yang dibunuh dikeluarkan seluruhnya. Prosedur yang mengerikan ini dilaksanakan sebagai cara untuk menghindari hukum di Amerika Serikat yang menyatakan bahwa setiap anak yang lahir memiliki hak hidup, dan kematiannya dipandang sebagai pembunuhan oleh pengadilan. Seperti apakah pemikiran sakit dapat memimpikan hal yang seperti ini? Mengapa bayi yang hidup di dalam rahim menerima lebih sedikit hak (untuk hidup) daripada bayi yang telah lahir?

Wanita yang memiliki anak-anak masih saja terabaikan, sebagaimana di abad yang lalu. Saat ini fenomena itu dikenal dengan istilah ‘orang tua tunggal’. Tidak lagi pergi ke pasar untuk membeli seorang perempuan, para laki-laki sekarang mencari ke tempat prostitusi, atau bahkan memperkosa. Sebelumnya, laki-laki membunuh kaum wanita yang tidak berguna lagi (lihat ‘the blood lust’ Henry VIII, pendiri gereja Inggris, dan bagaimana dia mengenyahkan sebagian dari isteri-isterinya); sekarang ini, wanita diarahkan pada narkoba dan alkohol yang pada akhirnya membunuh diri mereka sendiri. Hal ini dinamakan ‘bunuh diri’ dan menyelamatkan laki-laki dari melakukan perbuatan kotor itu sendiri. Cara lama Spartan dengan memberikan wanita untuk diinseminasi oleh laki-laki perkasa saat ini digantikan oleh ‘genetic engineering’ dan inseminasi buatan melalui bank sperma, yang meraih hal yang sama dibawah label ilmu dan teknologi, tuhan-tuhan dari zaman modern. Semua ini dikatakan sebagai kemajuan.

Persamaan wanita di Barat adalah sebuah teka-teki. Untuk berapa lama lagi dunia dapat terus mengabaikan penderitaan wanita dan kehancuran yang kearahnya semua ini menuju? Satu-satunya cara untuk menuju masa depan yang seimbang, adil dan selamat untuk semuanya adalah melalui ajaran Islam yang murni. Kaum Muslimin mempunyai tanggung jawab yang besar dalam menyampaikannya secara benar dan efektif kepada manusia di seluruh dunia.

Menurut kepercayaan yang populer, abad ke 21 telah menyaksikan kemajuan terbesar dalam persamaan perempuan. Khususnya, periode setelah perang dunia ke II, dari akhir tahun 1940an sampai saat sekarang ini, dieluk-elukkan sebagai zaman keemasan. Namun selama periode ini, berbagai macam kekejaman terhadap wanita meningkat lebih dari 25%. Sebuah survey terhadap statistik pemerintahan di dunia menampilkan gambaran yang benar tentang kondisi yang menyedihkan dari kaum wanita dewasa ini.

ABORSI

Di Britain, aborsi terdaftar telah meningkat hampir sepuluh kali lipat sejak aborsi dilegalkan pada tahun 1968. Pada tahun itu, hampir 22.000 aborsi terdaftar, dibandingkan dengan 180.000 kasus terdaftar pada tahun 1991. Sejak pencatatan dilakukan, telah ada peningkatan yang terus-menerus dalam jumlah aborsi yang dilakukan setiap tahun. Dari 180.000 kasus aborsi pada tahun 1991, 110.0000 aborsi dilakukan oleh wanita yang tidak menikah. Hanya 1% yang dilakukan karena alasan medis. Pada tahun 1993, 819.000 wanita di England dan Wales (wilayah di Inggris –pent.) melakukan aborsi. Hasil dari survey penduduk menunjukkan bahwa sepertiga dari seluruh kehamilan yang berlangsung diluar pernikahan diakhiri dengan aborsi di tahun 1993.

Lebih dari 3000 aborsi dilakukan oleh anak perempuan berusia 15 tahun dan di bawahnya (usia 16 tahun adalah ‘batas umur memberikan persetujuan’ di Inggris – maksudnya bebas menentukan pilihan sendiri –pent.); dan lebih dari 31.000 aborsi dilakukan oleh perempuan berusia 19 tahun ke bawah.

Angka-angka di Amerika Serikat lebih mengerikan lagi. Angka aborsi meningkat sejak dilakukan pencatatan dan dilaporkan lebih dari satu juta ‘catatan aborsi legal’ dilakukan di tahun 1994. Alan Guttmacher Institute, sebuah lembaga penelitian yang berafiliasi dengan Planned Parenthood (sebuah lembaga provider aborsi terkemuka di Amerika – lebih mengena disebut sebagai penjagal anak domba terpercaya) memperkirakan bahwa angka keseluruhan aborsi secara khusus menunjukkan 10 – 20% lebih tinggi jika dibandingkan dengan statistik resmi pemerintah.

Di Canada, dimana rahim dipandang sebagai tempat yang aman bagi janin bagi standart Barat, memiliki hampir setengah dari angka aborsi di USA. Namun demikian, pada tahun 1992, hal ini menyamai hingga 25% dari semua kehamilan diakhiri dengan aborsi.

Di Jepang, negara industri paling maju di dunia dimana (ada semboyan) waktu adalah uang dan uang adalah inti kehidupan, memiliki angka aborsi dua kali lebih besar dari USA. Di negara ini terdapat lebih dari 2 juta aborsi setiap tahun.

‘Mandi darah” yang paling besar dari janin yang belum lahir yang tidak berdosa dilakukan di Uni Sovyet. Uni Sovyet menderita lebih dari 12,8 juta aborsi pada tahun 1965 dari total penduduk 233 juta. Dewasa ini hampir tiga perempat dari seluruh wanita hamil di Sovyet mengakhirinya dengan aborsi.

Sebuah cara aborsi yang mudah, kehidupan manusia dan perasaan wanita diadakan di dunia Barat dibawa ke permukaan ketika sebuah organisasi amal ‘Marie Stopes International’ membuka pusat enam hari di seluruh Inggris. Mereka menyediakan aborsi ‘walking, walk out’ yang dapat dengan mudah diselesaikan pada waktu istirahat makan siang. Ahli aborsi mereka yang terkemuka ‘Dr Tim Black mengejutkan dunia ketika dia – dengan nada remeh menerangkan metode aborsi dengan “Sedotan” sebagai ‘jasa pemotongan minimal’ – ‘sebuah servis mulus’ tanpa trauma medis atau kecaman moral’ dan ‘sebuah lompatan quantum dalam menyelenggarakan jasa (aborsi).’ Aborsi, trauma, kesedihan dan duka cita wanita yang malang (karena melakukan aborsi –pent.) telah diminimalis dengan bahasa shopping’.

Adalah penting untuk merenungkan beberapa saat terhadap angka-angka ini. Meskipun sangat mudah untuk dibutakan dengan angka yang demikian besar ini, kita tidak boleh melupakan bahwa setiap angka-angka tersebut lebih dari sekedar statistik. Setiap angka menunjukkan pembunuhan bayi tak berdosa yang tidak berdaya oleh manusia yang dianggap ‘beradab’.

Kebebasan menentukan pilihan dibawah kedok peradaban dunia pertama telah mengijinkan pembantaian yang mengerikan terhadap anak-anak yang belum lahir yang diklaim lebih dari SATU MILYAR jiwa di seluruh dunia selama 25 tahun terakhir.

Dalam kebiadaban masa lalu, bayi-bayi perempuan dibunuh karena alasan ekonomi. Sekarang anak-anak dibunuh untuk menghancurkan bukti perzinahan, perselingkuhan dan kerusakan! Angka-angka ini hanya menghitung aborsi yang terdaftar. Adapun aborsi ilegal dan aborsi yang dilakukan di klinik-klinik tertentu, hanya Allah yang tahu berapa banyak bayi yang telah dibunuh.

PERKOSAAN

Tidak mudah menemukan angka-angka yang akurat mengenai perkosaan. Banyak kasus pemerkosaan yang tidak dilaporkan, dan statistik kepolisian tidak termasuk kasus dimana laporan tanpa bukti yang ditarik kembali. Lebih aman untuk berasumsi bahwa angka-angka resmi itu merupakan perkiraan yang jauh dibawah angka sesungguhnya.

Menurut kepolisian Inggris, pada tahun 1984 terdapat lebih dari 20.000 kasus insiden penyerangan dan hampir 1.500 kasus perkosaan di Inggris. London Rape Crisis Center memperkirakan bahwa terdapat 5.000 – 6.000 kasus perkosaan setiap tahun; angka yang sebenarnya mungkin jauh lebih tinggi. Sejak tahun 1984, jumlah kejahatan seksual yang tercatat telah meningkat sedikit lebih tinggi dari catatan kejahatan kriminal secara umum. Di tahun 1994, jumlah kejahatan seksual yang tercatat meningkat hingga 32.000. Jika kita menerima angka yang lebih tinggi, dapat kita katakan, bahwa rata-rata terjadi satu perkosaan setiap jam di Inggris. Dengan kata lain, pada saat anda selesai membaca bab ini, seseorang di suatu tempat di negeri ini (Inggris), telah menjadi satu catatan statistik perkosaan.

Di USA, negara yang memproklamirkan dengan kebebasan hak-hak yang paling besar memiliki angka perkosaan yang tertinggi di dunia. Angka itu 4 kali lebih tinggi dari Jerman, 18 kali lebih tinggi dari Inggris, dan hampir 20 kali lebih tinggi dari Jepang. Di satu state Utah saja, ratio angka perkosaan 44,6 dari 100.000. Pada tahun 1995 sebanyak 2.071 anak-anak dibawah umur 18 tahun mengalami pelecehan seksual; 633 dari anak-anak ini berumur dibawah 6 tahun.

Di USA, 1.3 wanita diperkosa setiap menit. Hal itu setara dengan 78 perkosaan setiap jam, 1.872 perkosaan setiap hari, dan 683.280 perkosaan setiap tahun.

Melihat pada angka-angka ini, sebuah pertanyaan terlintas; siapa yang melakukan perbuatan biadab ini terhadap wanita? Apakah perbuatan ini dilakukan oleh orang-orang terganggu jiwanya yang berkeliaran di jalan-jalan? Stereotype yang populer itu tidak mungkin jauh dari kenyataan. Pada tahun 1980, hanya 2% laki-laki yang dihukum karena perkosaan dirujuk untuk pengobatan psikiatrik (kejiwaan). Kenyataan mengejutkan dan mengganggu: 75% dari wanita korban perkosaan pernah berhubungan dengan laki-laki yang memperkosa mereka. Mereka diperkosa oleh kenalan, orang-orang yang mereka kenal dan mungkin percaya. Perkosaan yang dilakukan oleh teman dekat atau keluarga sebesar 16%.

Sebuah studi yang dilakukan oleh National Council of Civil Liberty menunjukkan bahwa 38% laki-laki menggunakan kekuasaan dan posisi mereka dalam pekerjaan untuk memperkosa wanita. Survey Retook menemukan 88% responden mengalami pelecehan seksual di tempat kerja. Di UK, 86% manajer dan 66% pekerja mengalami persoalan serupa. British Civil Service menemukan 70% dari mereka yang disurvey mengalami pelecehan seksual.

Di Inggris, meskipun di dalam benteng hukum dan tata tertib, Kepolisian, persoalan pelecehan seksual merupakan hal yang serius. Polisi wanita yang telah bertugas selama 25 tahun dapat menjadi korban pelecehan. Contoh dari insiden serangan termasuk dimata-mati ketika berada di kamar mandi di kantor polisi, ditunjukkan gambar-gambar porno ‘secara sambil lalu’, dan diraba secara fisik. Salah seorang polisi wanita berkata; “Engkau masuk ke sebuah ruangan dan tiga atau empat orang laki-laki akan mengarahkan tangannya kepadamu untuk mengetahui apakah engkau memakai ‘the full tackle’, yakni bretel (tali yang dikaitkan kecelana dari bagian depan ke belakang –pent.). Ini seringkali terjadi.”

Perkosaan memiliki dampak pada kehancuran emosi, mental dan psikologi para korban dan keluarganya. Sensus USA melaporkan 1,3 juta orang saat ini mengalami gangguan mental karena perkosaan, disebut Rape Related Post Traumatic Disorder (RR-PTSD) – (gangguan pasca trauma perkosaan –pent.). 3.8 juta orang di USA sebelumnya menjalani RR-PTSD dan setidaknya 211.000 wanita akan menjalani RR-PTSD setiap tahun.

Bersambung, Insya Allah...


1 comment:

  1. ya saya sangat sepakat dengan tulisan-tulisan ini. mamang sekarang banyak wanita yang berorientasi pada pemikiran barat padahal mereka sendiri mengaku sebagai seorang muslimah. itulah tanda-tanda kekalahan kaum muslimat terhadap inviltrasi budaya melalui hegemoni wacana.Mudah-mudahan web ini bisa menyadarkan kita sebagai umat islam dalam menjallankan nilai-nilai islam.

    ReplyDelete