Saturday, March 15, 2008

Manhaj Para Nabi dalam Tazkiyatun Nufus - 1




Manhaj Para Nabi dalam Tazkiyatun Nufus

-----------------------------------------------------------
Ringkasan Transkrip Audio

Minhajul Anbiya fi Tazkiyaun Nufus
Oleh: Ustadz Mubarak Bamualim, Lc.
Sumber audio: www.assunnah.mine.nu
------------------------------------------------------------


Pendahuluan

Ayat-ayat Al-Qur’an yang berkaitan dengan tazkiyatun nafsi atau tazkiyatun nufus. Ketahuilah bahwasanya tazkiyatun nafsi atau tazkiyatun nufus memberisihkan jiwa, hati dan batin seseorang, ini merupakan hal yang amat penting, merupakan hal yang menjadi misi para nabi dan misi para rasul ketika Allah Subhanahu wa Ta’ala mengutus mereka ke muka bumi ini. Diantara misi mereka adalah untuk mengajak manusia membersihkan jiwa-jiwa mereka, hati-hati mereka, dari kesyirikan kepada tauhid, dari kemunafikan kepada keikhlasan. Dari kekufuran kepada iman, dari bid’ah kepada sunnah dan seterusnya. Maka dari itu banyak ayat-ayat al-Qur’an yang menerangkan tentang tazkiyatun nufus, bahwa misi para rasul alaihimus shalatu was salam, adalah untuk mensucikan jiwa manusia. Diantara ayat-ayat Al-Qur’an yang juga akan dibahas secara panjang lebar pada bab-bab, pada pembicaraan yang akan datang, adalah surah Al-Jumu’ah ayat 2.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

هُوَ الَّذِي بَعَثَ فِي الأمِّيِّينَ رَسُولا مِنْهُمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِنْ كَانُوا مِنْ قَبْلُ لَفِي ضَلالٍ مُبِينٍ

“Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, menyucikan mereka dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah (As Sunah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata,” (QS Al-Jumu’ah [62] : 2)

Nah, ayat ini adalah serbagai bukti terkabulnya doa nabiyullah Ibrahim as tatkala dia memohon kepada Allah azza wa jala dengan doanya

رَبَّنَا وَابْعَثْ فِيهِمْ رَسُولا مِنْهُمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِكَ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَيُزَكِّيهِمْ إِنَّكَ أَنْتَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ

“Ya Tuhan kami, utuslah untuk mereka seorang Rasul dari kalangan mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab (Al Qur'an) dan Al-Hikmah (As-Sunah) serta menyucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS Al-Baqarah [2] : 129)

Kemudian ayat berikutnya yang disebutkan dalam Al-Qur’anul Karim tentang mensucikan jiwa yaitu firman Allah dalam surat Al-Imran ayat yang ke 164, dimana Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

لَقَدْ مَنَّ اللَّهُ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ إِذْ بَعَثَ فِيهِمْ رَسُولا مِنْ أَنْفُسِهِمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِنْ كَانُوا مِنْ قَبْلُ لَفِي ضَلالٍ مُبِينٍ

“Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus di antara mereka seorang rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab dan Al Hikmah. Dan sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata.” (QS Al-Imran [3] : 164)

Al-Imam Ibnu Katsir rahimahullahu ta’ala, tatkala menerangkan firman Allah وَيُزَكِّيهِمْ – mensucikan jiwa-jiwa mereka – beliau mengatakan: “Rasul itu memerintahkan mereka kepada yang ma’ruf dan mencegah mereka dari kemungkaran, agar menjadi suci jiwa-jiwa mereka, dan agar menjadi bersih dari noda-noda kotoran yang dahulunya mereka tercemar dengan kotoran-kotoran dan noda-noda itu, tatkala mereka dalam keadaan kesyirikan dan kejahilan mereka.”

Ayat yang ketiga, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

كَمَا أَرْسَلْنَا فِيكُمْ رَسُولا مِنْكُمْ يَتْلُو عَلَيْكُمْ آيَاتِنَا وَيُزَكِّيكُمْ وَيُعَلِّمُكُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَيُعَلِّمُكُمْ مَا لَمْ تَكُونُوا تَعْلَمُونَ

“Sebagaimana (Kami telah menyempurnakan nikmat Kami kepadamu) Kami telah mengutus kepadamu Rasul di antara kamu yang membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu dan menyucikan kamu dan mengajarkan kepadamu Al Kitab dan Al-Hikmah (As Sunah), serta mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui.” (QS Al-Baqarah [2] : 151)


Kata Al-Imam Ibnu Katsir ketika menafsirkan ayat ini beliau mengatakan وَيُزَكِّيكُمْ dan Dia mensucikan diri-diri kamu sekalian – artinya Dia mensucikan kamu dari akhlak-akhlak yang bejat dan dari kotoran-kotoran jiwa, dan pekerjaan atau perbuatan-perbuatan jahiliyah, dan Dia mengeluarkan kalian dari kegelapan kepada cahaya yang terang benderang.

Inilah diantara ayat-ayat Al-Qur’an yang menyebutkan tentang pensucian jiwa, pensucian hati yang diutusnya Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam.

Adapun dari hadits-hadits nabi alaihis shalatu was salam, maka banyak hadits-hadits Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam yang mengajarkan kepada kita tentang pensucian jiwa, pensucian diri. Diantaranya sebuah doa yang diajarkan Rasulullah sallallahu alaihi wassalatu wassalam sebagaimana yang diriwayatkan oleh Imam Muslim tatkala beliau berdoa:

اللَّهُمَّ آتِ نَفْسِي تَقْوَاهَا وَزَكِّهَا أَنْتَ خَيْرُ مَنْ زَكَّاهَا أَنْتَ وَلِيُّهَا وَمَوْلَاهَا

“Ya Allah berikanlah kepada diriku akan ketakwaannya dan sucikanlah dia Engkaulah sebaik-baik yang mensucikannya Engkaulah yang melindunginya dan yang memeliharanya.” (HR Muslim, Ahmad, An-Nasa’i)

Kemudian banyak diantara doa-doa kita pula untuk mensucikan diri kita yang diajarkan oleh Nabi alaihi shalatu was salam, seperti:

اللَّهُمَّ اغْسِلْ خَطَايَايَ بِمَاءِ الثَّلْجِ وَالْبَرَدِ وَنَقِّ قَلْبِي مِنْ الْخَطَايَا كَمَا نَقَّيْتَ الثَّوْبَ الْأَبْيَضَ مِنْ الدَّنَسِ وَبَاعِدْ بَيْنِي وَبَيْنَ خَطَايَايَ كَمَا بَاعَدْتَ بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ

“Ya Allah bersihkanlah aku dari kesalahan-kesalahanku dosa-dosaku dari air salju dan embun dan sucikanlah hatiku dari kesalahan-kesalahan sebagaiamana engkau mensucikan pakaian yang putih dari noda. Dan jauhkanlah aku antara aku dan dosa-dosaku sebagaimana Engkau telah menjauhkan jarak antara timur dan barat.” (HR Muslim)

Ini diantara doa-doa yang diajarkan untuk mensucikan diri dari dosa, dari perbuatan-perbuatan yang mengotori jiwa manusia itu. Maka dari itu semua amal ibadah yang dilakukan oleh seseorang itu akan mensucikan jiwanya. Dan setiap amal kejelekan yang dilakukan oleh seseorang, itu akan merusak jiwanya, akan mengotori hatinya.

Allah Subhanahu wa Ta’ala tatkala mensyariatkan ibadah, baik itu shalat, baik itu puasa, baik itu zakat, dan lain-lainnya, semuanya itu dalam upaya untuk mensucikan diri manusia, membersihkan diri mereka. Karena dengan ketaatan-ketaatan itu jiwa seseorang akan menjadi bersih dari kotoran-kotorannya. Sebagaimana firman Allah dalam surat At-Taubah ayat yang ke 103 tentang zakat, tatkala Allah berfirman:

خُذْ مِنْ أَمْوَالِهِمْ صَدَقَةً تُطَهِّرُهُمْ وَتُزَكِّيهِمْ

“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka,” (QS At-Taubah [9] : 103)

Kemudian juga hadits yang lain - dalam suatu hadits yang shahih diriwayatkan oleh Imam Muslim, Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda: ashalawtul khamsu wal jumuatu ilal jumuati wa Ramadhan ila Ramadhan dst
“Sahalat yang lima (yang wajib) dan dari shalat Jum’at ke Jum’at yang berikutnya, dan dari puasa Ramadhan ke puasa Ramadhan yang berikutnya (semuanya itu) merupakan penghapus-penghapus dosa yang membersihkan manusia diantara itu semuanya, apabila dosa-dosa besar dijauhi.

Kemudian Allah Subhanahu wa Ta’ala di dalam Al-Qur’an menerangkan tentang puasa

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,” (QS Al-Baqarah [2] : 183)

Dan taqwa adalah pembersihan jiwa dengan ketaqwaan kepada Allah azza wa jala.

Kemudian dengan memerintahkan kepada seluruh manusia Allah berfirman:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

“Hai manusia, sembahlah Tuhanmu Yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa.” (QS Al-Baqarah [2] : 21)

Maka inilah diantara ayat-ayat Al-Qur’an yang menerangkan tentang tazkiyatun nufus. Dan bahwasanya Allah telah menciptakan dalam diri seorang manusia dua kekuatan: Kekuatan untuk bertakwa dan kekuatan untuk yang mungkar. Makanya Allah berfirman dalam surat Asy-Syams:

وَنَفْسٍ وَمَا سَوَّاهَا فَأَلْهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقْوَاهَا قَدْ أَفْلَحَ مَنْ زَكَّاهَا وَقَدْ خَابَ مَنْ دَسَّاهَا

Jadi manusia mempunyai dua pontensi. Potensi untuk menjadi baik dan potensi untuk menjadi jelek. Tergantung bagaimana manusia itu, dimana tinggalnya, bagaimana lingkungannya, makanan-makanan apa saja yang didapat orang itu, oleh jiwanya, maka semua itu akan membentuk seseorang. Kemudian Allah mengatakan (dalam surat Asy-Syams : 9-10):

قَدْ أَفْلَحَ مَنْ زَكَّاهَا وَقَدْ خَابَ مَنْ دَسَّاهَا

Beruntung orang-orang yang membersihkan jiwanya, membersihkan dirinya,

وَقَدْ خَابَ مَنْ دَسَّاهَا
“dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.”

Maka kata para ulama: ‘setiap amal ketaatan itu akan mensucikan diri seseorang, dan setiap kemaksiatan itu akan mengotori jiwa seseorang. Maka barangsiapa yang mengamalkan ketaatan-ketaatan berarti dia telah mensucikan dirinya, dan barangsiapa yang melakukan suatu kemaksiatan berarti dia telah mengotori jiwanya’.

....bersambung insya Allah, pada pembahasan point-point penting yang terkadung dalam kitab "Minhajul Anbiya fi Tazkiyatun Nufus karya Syaikh Salim bin Ied Al-Hilali yang dibahas dalam kajian ini

No comments:

Post a Comment