Oleh : Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah
“Katakanlah, “Aku berlindung kepada Tuhan (yang memelihara dan menguasai) manusia. Raja manusia. Sembahan manusia. Dari kejahatan (bisikan) syaithan yang biasa bersembunyi, yang membisikkan (kejahatan) kedalam dada manusia. Dari (golongan) jin dan manusia.“ (QS 114 : 1 – 6)
Dalam surah An Nas manusia diperintahkan untuk berlindung dari kejahatan syaithan yang selalu membisikkan was-was ke dalam dada manusia. Sejak dilaknat, iblis telah bersumpah untuk mempedaya anak manusia, hingga mereka terjerusmus menjadi penghuni neraka bersama iblis yang terlaknat.
Menurut Ibnu Qayyim al Jauziyyah, ada 6 pintu kejahatan yang dengannya syaithan yang senantiasa menyertai manusia untuk diperdaya.
1. Kufur dan Syirik, memusuhi Allah dan RasulNya.
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.“ (QS 4 : 48)
Ini adalah kejahatan pertama yang dikehendaki syaithan atas manusia. Jika seorang hamba menjadi kufur atau syirik, maka syaithan menjadikan hamba itu termasuk barisan pasukannya dan menjadikannya sebagai wakil untuk melakukan kejahatan lain yang serupa, maka jadilah dia penyeru iblis dan wakilnya. Jika cara ini tidak berhasil, maka syaithan akan menempuh cara yang kedua.
2. Bid’ah.
.Rasulullah bersabda, ”Janganlah kamu sekalian mengada-adakan urusan-urusan yang baru, karena sesungguhnya mengadakan hal yang baru adalah bid'ah, dan setiap bid'ah adalah sesat". [Hadits Riwayat Abdu Daud, dan At-Tirmidzi ; hadits hasan shahih].
Bid’ah merupakan dosa yang jarang dimintakan ampun daripadanya. Bid’ah ini pada prinsipnya merupakan sesuatu yang berlainan dengan dakwah para rasul dan seruan untuk menyalahi apa yang mereka bawa. Bid’ah merupakan pintu kufur dan syirik. Jika hamba melakukan bid’ah dan menjadi pelaku bid’ah, berarti dia menjadi wakil syaithan dan seorang penyerunya.
3.Dosa-dosa besar (dengan berbarai ragam jenisnya).
Syaithan sangat antusias menyeret hamba pada kejahatan yang beragam ini, apalagi jika dia seorang ulama yang diikuti. Syaithan sangat bersemangat dalam hal ini, agar manusia menjauh dari hamba yang bersangkutan, lalu dosa dan kedurhakaannya disebarluaskan kepada orang banyak. Adapu orang-orang yang suka menyebarluaskan kekejian di kalangan orang-orang beriman, maka mereka akan mendapatkan siksa yang pedih di dunia dan akhirat, kecuali jika mereka mertaubat dengan sebenar-benarnya taubat.
”Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dilarang kamu mengerjakannya, niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahanmu (dosa-dosamu yang kecil) dan Kami masukkan kamu ke tempat yang mulia (surga).“ (QS 4 : 31)
Jika syaithan tidak berhasil memperdaya manusia dengan kejahatan ini, maka dia akan beralih dengan kejahatan berikutnya.
4. Dosa-dosa kecil.
Kejahatan dosa-dosa kecil ini harus diwaspadai, karena jika sekiranya dosa-dosa kecil ini berhimpun, maka ia dapat membinasakan pelakunya, sebagaimana yang disabdakan rasulullah sallallahu alaihi wassalam, ”Jauhilah oleh kalian dosa-dosa kecil, karena perumpaan dosa-dosa kecil itu seperti orang yang singgah di tanah lapang,“ lalu beliau melanjutkan yang intinya bahwa masing-masing diantara mereka membawa kayu bakar, dengan himpunan kayu bakar itu mereka dapat menyalakan api yang besari, mereka dapat memasak dan memanggang.
Seseorang bisa menganggap mudah dosa-dosa kecil sehingga dia meremehkannya. Sementara orang yang melakukan dosa besar, takut kepada odsanya, sehingga keadaannya lebih baik.
Jika syaithan tidak berhasil mengajak pada kejahatan ini, maka ia beralih ke kejahatan berikutnya.
5. Membuat sibuk pada hal-hal yang mubah yang tidak ada pahala dan siksanya, sehingga akhirnya dia kehilangan pahala karena kesibukannya itu.
Mewaspadai berlalunya waktu adalah penting untuk menjaga manusia agar tidak tergolong kedalam kelompok manusia yang merugi, seperti firman Allah pada surah Al Ashr:
”Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.“ (QS 103 : 1 – 3).
6. Menyibukkan manusia pada amal-amal yang tidak seberapa penting dan melupakan amal yang lebih utama, agar tidak mendapatkan keutamaan dan kehingalan pahala keutamaan.
Jarang orang mewaspadai hal ini. Orang akan menganggap baik perbuatan ini dan tidak menyadari bahwa itu merupakan bisikan syaithan, karena syaithan tidak menyuruh kepada kebaikan. Dia tidak mengetahui bahwa syaithan dapat menyuruh kepada tujuh puluh pintu kebaikan, tetapi pintu-pintu ini dapat digunakan untuk menghantarkan kepada satu pintu kejahatan. Boleh jadi syaithan membuatnya meninggalkan satu kebaikan yang lebih besar dari tujuh puluh pintu kebaikan itu.
Yang demikian itu tidak dapat diketahui kecuali dengan cahaya dari Allah yang disusupkan kedalam hati hambaNya, yang sebab utamanya adalah beribadah ikhlas karena Allah dan ittiba’ kepada Rasulullah Sallallahu Alaihi Wassalam.
*Dikutip dari tafsir An Nas dalam”At Tafsiru Al Qayyimu“ yang disusun oleh Syaikh Muhammad Uwais An Nadwy.
“Katakanlah, “Aku berlindung kepada Tuhan (yang memelihara dan menguasai) manusia. Raja manusia. Sembahan manusia. Dari kejahatan (bisikan) syaithan yang biasa bersembunyi, yang membisikkan (kejahatan) kedalam dada manusia. Dari (golongan) jin dan manusia.“ (QS 114 : 1 – 6)
Dalam surah An Nas manusia diperintahkan untuk berlindung dari kejahatan syaithan yang selalu membisikkan was-was ke dalam dada manusia. Sejak dilaknat, iblis telah bersumpah untuk mempedaya anak manusia, hingga mereka terjerusmus menjadi penghuni neraka bersama iblis yang terlaknat.
Menurut Ibnu Qayyim al Jauziyyah, ada 6 pintu kejahatan yang dengannya syaithan yang senantiasa menyertai manusia untuk diperdaya.
1. Kufur dan Syirik, memusuhi Allah dan RasulNya.
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.“ (QS 4 : 48)
Ini adalah kejahatan pertama yang dikehendaki syaithan atas manusia. Jika seorang hamba menjadi kufur atau syirik, maka syaithan menjadikan hamba itu termasuk barisan pasukannya dan menjadikannya sebagai wakil untuk melakukan kejahatan lain yang serupa, maka jadilah dia penyeru iblis dan wakilnya. Jika cara ini tidak berhasil, maka syaithan akan menempuh cara yang kedua.
2. Bid’ah.
.Rasulullah bersabda, ”Janganlah kamu sekalian mengada-adakan urusan-urusan yang baru, karena sesungguhnya mengadakan hal yang baru adalah bid'ah, dan setiap bid'ah adalah sesat". [Hadits Riwayat Abdu Daud, dan At-Tirmidzi ; hadits hasan shahih].
Bid’ah merupakan dosa yang jarang dimintakan ampun daripadanya. Bid’ah ini pada prinsipnya merupakan sesuatu yang berlainan dengan dakwah para rasul dan seruan untuk menyalahi apa yang mereka bawa. Bid’ah merupakan pintu kufur dan syirik. Jika hamba melakukan bid’ah dan menjadi pelaku bid’ah, berarti dia menjadi wakil syaithan dan seorang penyerunya.
3.Dosa-dosa besar (dengan berbarai ragam jenisnya).
Syaithan sangat antusias menyeret hamba pada kejahatan yang beragam ini, apalagi jika dia seorang ulama yang diikuti. Syaithan sangat bersemangat dalam hal ini, agar manusia menjauh dari hamba yang bersangkutan, lalu dosa dan kedurhakaannya disebarluaskan kepada orang banyak. Adapu orang-orang yang suka menyebarluaskan kekejian di kalangan orang-orang beriman, maka mereka akan mendapatkan siksa yang pedih di dunia dan akhirat, kecuali jika mereka mertaubat dengan sebenar-benarnya taubat.
”Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dilarang kamu mengerjakannya, niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahanmu (dosa-dosamu yang kecil) dan Kami masukkan kamu ke tempat yang mulia (surga).“ (QS 4 : 31)
Jika syaithan tidak berhasil memperdaya manusia dengan kejahatan ini, maka dia akan beralih dengan kejahatan berikutnya.
4. Dosa-dosa kecil.
Kejahatan dosa-dosa kecil ini harus diwaspadai, karena jika sekiranya dosa-dosa kecil ini berhimpun, maka ia dapat membinasakan pelakunya, sebagaimana yang disabdakan rasulullah sallallahu alaihi wassalam, ”Jauhilah oleh kalian dosa-dosa kecil, karena perumpaan dosa-dosa kecil itu seperti orang yang singgah di tanah lapang,“ lalu beliau melanjutkan yang intinya bahwa masing-masing diantara mereka membawa kayu bakar, dengan himpunan kayu bakar itu mereka dapat menyalakan api yang besari, mereka dapat memasak dan memanggang.
Seseorang bisa menganggap mudah dosa-dosa kecil sehingga dia meremehkannya. Sementara orang yang melakukan dosa besar, takut kepada odsanya, sehingga keadaannya lebih baik.
Jika syaithan tidak berhasil mengajak pada kejahatan ini, maka ia beralih ke kejahatan berikutnya.
5. Membuat sibuk pada hal-hal yang mubah yang tidak ada pahala dan siksanya, sehingga akhirnya dia kehilangan pahala karena kesibukannya itu.
Mewaspadai berlalunya waktu adalah penting untuk menjaga manusia agar tidak tergolong kedalam kelompok manusia yang merugi, seperti firman Allah pada surah Al Ashr:
”Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.“ (QS 103 : 1 – 3).
6. Menyibukkan manusia pada amal-amal yang tidak seberapa penting dan melupakan amal yang lebih utama, agar tidak mendapatkan keutamaan dan kehingalan pahala keutamaan.
Jarang orang mewaspadai hal ini. Orang akan menganggap baik perbuatan ini dan tidak menyadari bahwa itu merupakan bisikan syaithan, karena syaithan tidak menyuruh kepada kebaikan. Dia tidak mengetahui bahwa syaithan dapat menyuruh kepada tujuh puluh pintu kebaikan, tetapi pintu-pintu ini dapat digunakan untuk menghantarkan kepada satu pintu kejahatan. Boleh jadi syaithan membuatnya meninggalkan satu kebaikan yang lebih besar dari tujuh puluh pintu kebaikan itu.
Yang demikian itu tidak dapat diketahui kecuali dengan cahaya dari Allah yang disusupkan kedalam hati hambaNya, yang sebab utamanya adalah beribadah ikhlas karena Allah dan ittiba’ kepada Rasulullah Sallallahu Alaihi Wassalam.
*Dikutip dari tafsir An Nas dalam”At Tafsiru Al Qayyimu“ yang disusun oleh Syaikh Muhammad Uwais An Nadwy.
No comments:
Post a Comment