Sunday, June 19, 2011

Perubahan itu dari Dalam DIri

Prolog

Saat ini banyak orang tertarik untuk mengikuti training atau pelatihan kepribadian, untuk memotivasi diri dan membuat seseorang lebih baik, lebih dapat diterima dalam pergaulan, lebih berhasil dalam hidupnya. Dan pelatihan atau kursus seperti itu bukan sebuah hal yang murah. 

Dulu... ketika masih menjadi seorang mahasiswa, bahkan ketika lulus dan mulai mencari pekerjaan, saya senang membaca buku-buku semisal itu. Sebut saja buku karya Daniel Carnegie atau Steven R. Covey dengan buku 7 habitsnya yang terkenal (yang belakangan saya pernah lihat sudah meningkat menjadi 8). Tak dinyana ternyata kehidupan sang Carnegie justru berakhir tragis dengan bunuh diri! Jelas dia tidak mengambil manfaat dari apa yang ditulisnya.

Lama setelahnya saya juga membaca buku “La Tahzan’, sebelum buku itu benar-benar booming di tanah air. Satu hal yang sempat terlintas saat membacanya adalah: “Mengapa tokoh yang dijadikan sebagai rujukan sebagiannya justru berasal dari luar Islam yang nota bene akan kekal di dalam neraka, seberapapun keberhasilan yang mereka torehkan di dunia? Betapapun kontroversi atas buku itu mencuat kemudian, saya tidak memungkiri ada penghiburan yang pernah saya rasakan.

Lalu ketika browsing kemarin tidak sengaja saya menemukan buku “Enjoy Your Live” karya Dr. Muhammad bin ‘Abd al-Rahman al-‘Arifi. Sebuah buku yang membimbing kita untuk membangun interpersonal skill, seni dalam berinteraksi dengan orang lain atau lingkungan sekitar.

Merasa senang dengan metode penulisan dan kisah inspiratif yang sebagian besar menyertakan nukilan dari kisah Nabi shallallahu alaihi wasallam menjadikan saya ingin membaginya untuk anda, tidak seluruhnya, namun sebagian, dengan izin Allah, yang mudah bagi saya untuk membaginya dengan anda. Sebagaimana judul yang berikut ini.

==========================

Enjoy the skill

Keterampilan berikut ini memberikan kesenangan fisik, dan penulis tidak bermaksud mengatakan ini hanya (terbatas) pada kesenangan akhirat. Bahkan ini kesenangan yang dirasakan di dunia. Karena itu nikmatilah skill ini dan praktekkanlah terhadap orang tua, muda, kaya, miskin, dekat atau jauh. Gunakan keterampilan ini untuk menjaga diri anda dari keburukan mereka, mendapatkan cinta mereka dan untuk memperbaiki mereka.

Dikisahkan Ali bin Al-Jahm adalah seorang penyair yang sangat fasih, namun dia adalah seorang Badui. Satu-satunya kehidupan yang dikenalnya adalah kehidupan padang pasir. Khalifah al-Mutawakkil sangat berkuasa. Orang-orang biasa mengunjunginya dan kembali dengan apapun yang mereka inginkan. Suatu hari, Ali bin al-Jahm memasuki kota Baghdad dan dikatakan kepadanya, “Barangsiapa yang memuji khalifah akan diberikan penghormatan dan hadiah.”

Ali sangat senang dan pergi menuju istana Khalifah. Di sana dia melihat para penyair membacakan syair-syair mereka memuji sang Khalifah dan kembali dengan hadiah. Al-Mutawakkil dikenal dengan kekuasaan, pesona dan kekuatannya. Ali mulai memuji Khalifah dengan syair di mana dia menyerupakan Khalifah dengan anjing, kambing dan ember, sedangkan para penyair lainnya menyerupakan sang Khalifah dengan matahari, bulan dan gunung!

Khalifah menjadi sangat marah dan para pengawalnya menghunuskan pedang mereka bersiap untuk menebas leher Ali. Namun kemudian Khalifah menyadari bahwa Ali bin al-Jahm berasal dari padang pasir dan kepribadian serta selera syairnya terbentuk dari kehidupan tersebut. Dia memutuskan untuk mengubah kepribadian Ali, karena itu dia memerintahkan orang-orangnya untuk menempatkan Ali di salah satu bagian istana, diperlakukan dengan baik dan diberikan semua kesenangan yang ada.

Al-Jahm merasakan sebagian dari anugerah ini dan duduk di atas sofa berdampingan dengan para penyair dan penulis lainnya selama tujuh bulan. Suatu hari ketika Khalifah duduk di majelis malamnya, dia teringat akan Ali bin al-Jahm, maka dia pun mengutus orang untuk mendatangkan Ali. Ketika Ali bin al-Jahm datang kepadanya, dia berkata, “Bacakan beberapa syair untukku, wahai Ali bin al-jahm!” Ali bin al-Jahm mulai menggerakkan emosinya dengan suara yang lembut dan kata-kata yang baik, dan menyerupakan sang Khalifah dengan matahari, bintang dan pedang.”

Perhatikanlah bagaimana Khalifah dapat mengubah kepribadian Ibn al-Jahm. Seberapa sering kita dibuat kecewa dengan perlakuan anak-anak dan teman-teman kita? Apakah kita pernah berusaha mengubah keadaan mereka dengan sukses? Bahkan, anda harus bisa mengubah kepribadian anda sendiri dengan mengganti wajah cemberut dengan senyuman, menggantikan kemarahan dengan kesabaran, dan sifat bakhil dengan kemurahan hati. Tidak ada yang sulit, akan tetapi itu membutuhkan kesungguhan hati dan ketekunan, karenanya bersikaplah berani!

Siapapun yang membaca kisah kehidupan Nabi shallallahu alaihi wasallam akan mengetahui bahwa beliau berhubungan dengan orang-orang dengan keterampilan ini dan memenangkan hati mereka. Nabi shallallahu alaihi wasallam tidak sekedar berpura-pura memiliki skill ini di hadapan manusia, dan mengganti kesabaran dengan kemarahan ketika beliau sendiri bersama keluarganya. Beliau tidak pernah gembira bersama sebagian orang dan bersikap buruk pada sebagian lainnya. Beliau bukanlah orang yang murah hati kepada semua orang akan tetapi tidak kepada anak-anak dan isteri-isterinya. Bahkan sikap beliau alami. Beliau beribadah kepada Allah dengan adab yang baik sebagaimana beliau beribadah kepada-Nya dengan shalat Dhuha atau shalat malam. Beliau menganggap senyumnya adalah kemuliaan, kelemahlembutannya, ibadahnya, dan sikap pemaaf dan toleransinya adalah amal kebaikan. Orang yang memandang akhlak terpuji adalah ibadah akan tetap mempertahankannya, dalam peperangan atau dalam situasi damai, ketika lapar atau kenyang, ketika sehat atau sakit, dan bahkan ketika gembira ataupun sedih.

Berapa banyak wanita yang mendengar tentang kebaikan adab suami mereka, seperti kesabarannya, kegembiraan dan kemurahannya, namun tidak pernah menyaksikannya di rumah mereka? Para suami seperti itu, seringkali ketika berada di rumah, mereka bersikap buruk, tidak sabaran, cemberut dan terus-menerus mengutuk.

Adapun Nabi shallallahu alaihi wasallam, beliau berkata: “Yang paling baik di antara kalian adalah yag paling baik terhadap keluarganya. Dan akulah yang paling di antara kalian terhadap keluargaku.” (HR Tirmidzi dan Ibnu Majah, shahih).

Bacalah bagaimana beliau berhubungan dengan keluarganya: Al-Aswad bin Yazid berkata, “Saya bertanya kepada Aisyah – radhiallahu anha – bagaimana Rasulullah shallallahu alaihi wasalam bersikap di rumahnya?” Dia menjawab: “Beliau melayani keluarganya, dan ketika waktu shalat tiba, beliau berwudhu dan pergi shalat.”

Hal yang sama dapat dikatakan kepada para orang tua. Betapa sering kita mendengar kebaikan yang ditunjukkan oleh sebagian orang, seperti kemurahan hati, kegembiraan, perlakuan yang baik terhadap orang lain, akan tetapi dengan orang-orang yang terdekat dengan mereka yang memiliki hak yang lebih besar, seperti isteri-isteri mereka, orang tua dan anak-anak mereka, mereka menjauh dan bersikap dingin.

Ya, yang paling baik di antara kalian adalah yang paling baik kepada keluarganya, kepada orang tuanya, kepada isterinya, kepada para pembantunya, bahkan kepada anak-anaknya. Suatu malam ketika Abu Laila – radhiallahu anhu – duduk di sisi Nabi shalllallahu alaihi wasallam, datang kepadanya al-Hasan atau al-Husain, maka Nabi shallallahu alaihi wasallam mengangkatnya dan mendudukkannya di atas pertunya. Kemudian anak itu kencing di atas perut Nabi. Abu Laila berkata, “Saya melihat air kencing menetes dari perut Nabi, maka kami melompat ke arah Nabi shallallahu alaihi wasallam, akan tetapi beliau berkata: “Biarkan anakku, jangan takuti dia.”

Ketika al-Hasan (atau al-Husain) selesai, beliau menyuruh mengambilkan air dan memercikkanya di atas perut beliau.” (HR Ahmad dan Tabrani, dengan sanad yang terpercaya).

Betapa menakjubkannya Rasulullah shalallahu alaihi wasallam, menghiasi dirinya dengan akhlak yang demikian! Tidak heran bila beliau mampu memenangkan hati yang muda dan tua.

Opini:
Daripada mengutuk kegelapan, cobalah untuk memperbaiki lampu.

No comments:

Post a Comment